Apa itu INPL?

Perpustakaan Produk Alam Indonesia (INPL) merupakan platform database produk alam yang diperoleh dari keanekaragaman hayati Indonesia yang telah terbukti secara ilmiah memiliki potensi obat. Tujuan INPL adalah untuk menghubungkan virtual dengan repositori fisik penelitian berbasis keanekaragaman hayati Indonesia khusus untuk tujuan penemuan obat.

Sejarah INPL

Kisah INPL dimulai melalui serangkaian observasi dan studi literatur sederhana, percakapan dan diskusi tentang ketersediaan dan aksesibilitas informasi tentang produk alam, terutama yang memiliki tujuan pengobatan. Ternyata, meskipun sejarah panjang penggunaan obat-obatan tradisional dan penelitian yang luas tentang produk alami, tidak mudah untuk menemukan informasi tersebut karena kurangnya database yang memadai. Dari situlah muncul ide untuk melakukan penelitian dalam penemuan obat berbasis keanekaragaman hayati Indonesia.

Penelitian ini dimulai dengan menggunakan seeding fund dari Swiss German University (SGU), yang disebut Competitive Research Fund yang diberikan kepada Dr. Kholis Abdurachim Audah yang baru memulai sebagai staf pengajar di SGU pada tahun 2015. Dalam penelitian ini digunakan tanaman mangrove sebagai model untuk mengembangkan ekstrak perpustakaan. Isi perpustakaan meliputi namun tidak terbatas pada lokasi pengumpulan tumbuhan, identifikasi spesies, pengembangan metode dan bioaktivitas. Semua data yang dihasilkan ini akan dimasukkan ke database (awalnya ditunjuk sebagai ekstrak perpustakaan). Belakangan, istilah ekstrak perpustakaan diubah menjadi perpustakaan produk alam.

Penelitian kemudian dilanjutkan bekerjasama dengan Prof. Dr. Irmanida Batubara dari IPB University dan Dr. Heru Susanto dari Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (saat ini dikenal sebagai Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN). Penelitian ini didanai oleh Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang diberikan kepada Dr. Audah selaku Ketua Tim (2017-2019). Memahami besarnya karya tersebut, konsorsium Perpustakaan Ekstraksi dirintis dan resmi berdiri pada tahun 2018. Konsorsium tersebut terdiri dari beberapa universitas dan institusi, yaitu Swiss German University, IPB University, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Universitas Esa Unggul dan Universitas Lampung.

Pada tahun 2019, prototipe pertama Perpustakaan Hasil Alam Indonesia (INPL) dikembangkan dan diberikan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Saat ini, pengembangan INPL terus dilanjutkan dan dibuka untuk umum guna menggali database yang ada. Pada tahun 2023, INPL diharapkan terbuka bagi publik untuk menyimpan datanya sehingga INPL memiliki kapasitas penuh dan menjadi referensi utama bagi penelitian berbasis keanekaragaman hayati Indonesia untuk penemuan obat. Karya ini didanai oleh hibah penelitian dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (2021-2023).

Send Feedback
close
  • Bug
  • Improvement
  • Feature
Send Feedback